Sedikit warisan budaya Bukit Tinggi yang tersisa termasuk Jam Gadang, Fort de Kock dan Museum Bung Hatta.
Mesin ekonomi bergerak cepat dan membawa Bukittingi meninggalkan masa lalunya, dan banyak toko tua yang menawan di kota ini mulai ditutupi oleh pusat-pusat perbelanjaan modern.
Mesin ekonomi bergerak cepat dan membawa Bukittingi meninggalkan masa lalunya, dan banyak toko tua yang menawan di kota ini mulai ditutupi oleh pusat-pusat perbelanjaan modern.
Meski demikian, Jam Gadang terus mengingatkan kita pada sejarah kota
Bukittinggi. Jam ini masih berdiri sebagai pusat kegiatan kota, termasuk
tempat berkumpul anak-anak untuk bermain di bawah pepohonan dan para
wisatawan berfoto.
Jam Gadang di Bukittinggi tak ubahnya ibarat Monas di Jakarta. Karena penampilannya yang tak terlupakan, bentuknya menjadi inspirasi tetap oleh-oleh setempat.
Jam Gadang dibangun pada tahun 1920-an sebagai wadah sebuah jam yang diberikan oleh Ratu Belanda. Setelah Indonesia merdeka, atap bergaya Minangkabau ditempatkan di atas jam tersebut. Totalnya, jam tersebut sudah mengalami tiga perubahan dan perubahan-perubahan ini mencerminkan sejarah kota itu sendiri. (sumber : www.garuda-indonesia.com)
Jam Gadang di Bukittinggi tak ubahnya ibarat Monas di Jakarta. Karena penampilannya yang tak terlupakan, bentuknya menjadi inspirasi tetap oleh-oleh setempat.
Jam Gadang dibangun pada tahun 1920-an sebagai wadah sebuah jam yang diberikan oleh Ratu Belanda. Setelah Indonesia merdeka, atap bergaya Minangkabau ditempatkan di atas jam tersebut. Totalnya, jam tersebut sudah mengalami tiga perubahan dan perubahan-perubahan ini mencerminkan sejarah kota itu sendiri. (sumber : www.garuda-indonesia.com)
0 komentar:
Posting Komentar